Minggu, 20 September 2015

Sabtu, 19 September 2015

Budaya Bekam


Berbekam selain sebagai terapi untuk menyembuhkan penyakit, berbekam juga bagi sebagian orang yang sudah memahami secara mendalam thbbun nabawi terutama bekam maka akan melakukan berbekam bukan hanya di kala mempunyai keluhan atau dalam program penyembuhan suatu penyakit tertentu, tapi melaksanakan pembekaman karena panggilan sunnah Rasulullah Muhammad SAW, yang didasari hadis bekam :
 عن معقل بن يسار ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « الحجامة يوم الثلاثاء لسبع عشرة من الشهر ، دواء لداء سنة » القول في البيان عن معاني هذه الأخبار إن قال لك قائل : ما أنت قائل في هذه الأخبار التي رويتها لنا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، من ندبه أمته إلى الحجامة ، وقوله عليه السلام : « ما مررت بملأ من الملأ الأعلى إلا أمروني بالحجامة ، وقالوا : مر أمتك بالحجامة » ، وقوله صلى الله عليه وسلم « احتجموا لخمس عشرة ، وسبع عشرة ، وتسع عشرة ، وإحدى وعشرين »
Dari Muawiyah, dari Ma’ql bin Yassar r.a, berkata : bahwa Sesungguhnya Rasulullah  bersabda: Hijamah pada hari selasa atau tanggal 17 adalah pengobatan yang disunnahkan. Dijelaskan bahwa diceritakan mengenai Pengobatan dengan Hijamah dan dikatan bahwa : Rasulullah SAW bersabda : “ Aku tidak diperintah oleh Para Malaikat pada Malam Isra kecuali mereka (para Malaikat) itu berkata : Kerjakan Hijamah ya Muhammad .” dan mereka (para Malaikat) itu juga berkata Perintahkan Umatmu ber-hijamah. Rasulullah bersabda: Hendaklah ber-hijamah/ber-bekam pada tanggal 15, 17, 19 dan 21”.(Ma’rifatu Shahabah dan Mu’jam Kabir At Thabrani)
 عن ابن عباس ، عن النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : « خير يوم تحتجمون  فيه سبع عشرة وتسع عشرة وإحدى وعشرين » ، قال : « وما مررت بملأ من الملائكة ليلة أسري بي إلا قالوا : عليك بالحجامة  يا محمد » مسند عبد بن حميد
Dari Ibn Abbas r.a, dari Rasulullah  bersabda: Sebaik-baik hari untuk Hijamah adalah pada tanggal 17, tanggal 19 dan 21.” Rasulullah SAW bersabda : “ Aku tidak diperintah oleh Para Malaikat pada Malam Isra kecuali mereka (para Malaikat) itu berkata : Kerjakan Hijamah ya Muhammad .”(Musnad Abd bin Hamid)
رَوَى التّرْمِذِيّ فِي ” جَامِعِهِ ” : مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبّاسٍ يَرْفَعُهُ إنّ خَيْرَ مَا تَحْتَجِمُونَ فِي يَوْمِ سَابِعَ عَشْرَةَ أَوْ تَاسِعَ عَشْرَةَ وَيَوْمِ إحْدَى وَعِشْرِينَ
At-Tirmidzi meriwayatkan di dalam Ja`mi-nya dari hadits Ibnu Abbas secara marfu : “ Sesungguhnya sebaik-baik waktu untuk melakukan bekam adalah hari ke-17, 19 dan 21”.
وَفِيهِ عَنْ أَنَسٍ كَانَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ يَحْتَجِمُ فِي الْأَخْدَعَيْنِ وَالْكَاهِلِ وَكَانَ يَحْتَجِمُ لِسَبْعَةَ عَشَرَ وَتِسْعَةَ عَشَرَ وَفِي إحْدَى وَعِشْرِينَ
Juga termuat didalamnya, dari Anas ra. ,”adalah Rasululloh SAW. Berbekam pada kedua urat lengan dan punuk.beliau SAW. berbekam pada hari yang ke 17, 19 dan 21″.
وَفِي ” سُنَنِ ابْنِ مَاجَهْ ” عَنْ أَنَسٍ مَرْفُوعًا : مَنْ أَرَادَ الْحِجَامَةَ فَلْيَتَحَرّ سَبْعَةَ عَشَرَ أَوْ تِسْعَةَ عَشَرَ أَوْ إحْدَى وَعِشْرِينَ لَا يَتَبَيّغْ بِأَحَدِكُمْ الدّمُ فَيَقْتُلَهُ “
Termuat dalam Sunan Ibnu Majah dari Anas secara marfu :”Barang siapa yang hendak berbekam , maka hendaklah ia memilih hari yang ke 17,19 atau 21.dan jangan sampai darah membuih pada salah seorang dari kamu, sehingga akan membunuhnya.”
وَفِي ” سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ ” مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا : مَنْ احْتَجَمَ لِسَبْعَ عَشْرَةَ أَوْ تِسْعَ عَشْرَةَ أَوْ إحْدَى وَعِشْرِينَ كَانَتْ شِفَاءً مِنْ كُلّ دَاءٍ وَهَذَا مَعْنَاهُ مِنْ كُلّ دَاءٍ سَبَبُهُ غَلَبَةُ الدّمِ .
Termuat dalam Sunan Abu dawud, dari hadits Abu Huroiroh ra. , secara marfu: “ barang siapa yang berbekam pada hari yang ke 17,19 atau 21. maka yang demikian merupakan penyembuhan dari segala penyakit”.

Kebiasaan Hidup Masyarakat Betawi

Mobilitas dan penyebaran penduduk suku Betawi adalah sangat terbatas. Masyarakat Betawi akan berpindah tempat tinggal ke lokasi lain hanya apabila terjadi hal-hal diluar kemauan mereka seperti perluasan dan pengembangan wilayah DKI Jakarta yang mengharuskan mereka berpindah tempat. Pada umumnya orang-orang Betawi tidak begitu suka merantau dan hal ini menjadi salah satu ciri dari kebudayaan orang Betawi. Berbeda halnya dengan suku-suku lain seperti suku Minangkabau, Bugis, Batak yang gemar merantau untuk mencari pekerjaan, mencari ilmu pengetahuan serta pengalaman.[1]

Faktor yang menyebabkan orang-orang Betawi kurang suka merantau adalah karena kemungkinan faktor adat setempat dan keterbatasan ekonomi. Orang –orang Betawi pada jaman dulu umumnya memiliki tingkat perekonomian yang terbatas sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi cara dan kebiasan hidup mereka. Beberapa kebiasaan dari orang-orang Betawi selain tidak suka merantau bisa dilihat pada hal berikut :
Selain beberapa hal di atas, masyarakat Betawi tempo dulu juga memiliki beberapa kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun diantaranya adalah : [2]
Ngasi Duit
Nyambut Haji
sumber http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Kebiasaan_Hidup_Masyarakat_Betawi

Layanan Terapi Lintah di Lampung: terapi lintah asam urat

Layanan Terapi Lintah di Lampung: terapi lintah asam urat